kami dari redaksi majalah Cahaya Nahdliyin menemui Ky Masturul
Huda selain beliau adalah pengasuh Pesantren Darussalam Mekarsari beliau juga
adalah penasihat utama dari majalah Cahaya nahdliyin, dan dikesempatan
pembincangan kami dengan romo Kyiai kamipun mulai sedikit memohon petuah petuah
seputar seputar Nahdliyin, demikianlah ringkasan wawancara singkat kami bersama
Romo Kyai Masturul Huda.
Apakah nasehat dan pesan abah Mastur untuk masyarakat Nahdliyin agar
tetap berpegang teguh pada faham ahlu sunah wal jamaah ?
Warga Nahdliyin harus meningkatkan pendidikan-pendidikan
yang berfaham ahlusunah wal jamaah
utamanya mengaji kitab al Qur’an dan Hadis dan janganlah dilupakan kitab-kitab
kuning (Turos), yang itu untuk memajukan NU dan menghidupkan faham ahlusunah
wal jamaah, dan supaya faham yang ada dalam NU tetap satu yaitu ahlusunah
wal jamaah, maka dari itu faham NU itu sudah konkrit atau sudah disepakati
oleh mayoritas Ulama’ utamanya ulama NU dan sudah tidak diragukan lagi bahwaitu
faham yang ada dalam NU adalah ahlusunah wal jamaah.
Bagaimanakah
saran abah Mastur agar kaum Nahdliyin tidak terpengaruh dengan benturan dari
faham selain ahlusunah wal jamaah ala NU?
Orang NU harus faham NU, maka dari
itu pelajaran-pelajaran ahlusunah wal jamaah harus dipegang teguh dan dihidupkan
di manapun berada dan agar senantiasa mengadakan musyawarah tentang ahlusunah
wal jamaah dengan tujuan supaya faham yang yang sudah ada dalam NU tidak
lepas dari masing-masing warga Nahdliyin dengan itu insya-Allah kita bersama
akan berpegang teguh pada faham ahlusunah wal jamaah selama hidup masih dikandung
badan mudah-mudahan semua itu mendapatkan
berkah dan pertolongan dari Allah. Amin
Bagaimana
tanggapan abah Mastur tentang pergerakan dan konsep selain NU ?
Pada dasarnya konsep dan pergerakan
mereka itu sudah bagus namun kurang cocok bila dikatakan ahlusunah wal
jamaah karena merekan hanya berpegangan pada al Qur’an dan Hadis sedangkan
kaum Nahdliyin itu harus perpegangan al Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Maka
dengan demikian kekurangan dari mereka tidak memakai Ijma’ dan Qias itu menurut
tanggapan kami tidak pas apabila dikatakan ahli sunah wal jamaah
demikian saran dan pengarahan dari kami mudah-mudahan
semua itu dapat diterima semua kalangan kaum Nahdliyin.
(BY. Syaikhul huda Al blurahy)