DAFTAR ISI
1. Sejarah Wali Songo
2. Wali Songo Periode Pertama ..................................... 2
3. Wali Songo Periode Kedua ..................................... 4
4. Wali Songo Periode Ketiga ..................................... 4
5. Wali Songo Periode Keempat ..................................... 5
6. Wali Songo Periode Kelima ..................................... 6
7. Sunan Gresik ..................................... 8
8. Sunan Ampel . ..................................... 11
9. Sunan Bonang ..................................... 16
10. Sunan Drajat .................................... 20
11. Sunan Kudus . ..................................... 26
12. Sunan Giri ..................................... 29
13. Sunan Kali Jogo ..................................... 31
14. Sunan Muria .
................................... 33
15. Sunan Gunung Jati ....................................... 35
16. Pernyataan Al-Habib
Salim bin Abdullah Asy-Syathiri .. 39
17. Sayyidul
Istighfar ................................. .... 45
18. Sholawat
Futuh ...................................... 45
19. Sholawat Thibbil Qulub ...................................... 45
20. Doa
Mohon Keselamatan ...................................... 46
21. Bacaan
Sujud Syukur ....................................... 46
22. Do’a
Khusnul Khotimah ................................ ...... 46
SEJARAH WALISONGO
-» Wali Songo Periode Pertama
Pada waktu masa abad kejayaan Sultan
Muhammad Al-Fatih I
memerintah Kerajaan Turki, pada suatu hari beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang
dari Gujarat. Dari mereka, Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa
ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran diantara rakyatnya ada yang sudah beragama Islam tapi hanya sebatas pada
keluarga pedagang Gujarat yang menikah dengan para penduduk pribumi hususnya yang
ada di kota - kota pelabuhan. Sang
Sultan kemudian mengirim surat kepada pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur
Tengah. Isinya meminta para ulama yang mempunyai karomah untuk dikirim ke Pulau
Jawa.
Maka terkumpullah sembilan ulama
besar yang berilmu tinggi serta yang dibekali dengan ilmu karomah.Pada tahun 1404 M {808 H}, para ulama
itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah:
1. Maulana Malik
Ibrahim - berasal dari Turki - ahli mengatur negara - berdakwah di Jawa
bagian timur - wafat di Gresik pada tahun 1419 M - makamnya terletak 1Km dari sebelah
bagian timur - wafat di Gresik pada tahun 1419 M - makamnya terletak 1Km dari sebelah
utara pabrik semen gresik tpatnya ditengah kota Surabaya
2. Maulana Ishak– beliau berasal dari Samarqand {dekat kota Bukhara di Rusia Selatan} – yang ahli dalam bidang agama dan pengobatan, Setelah tugasnya di Jawa selesai
2. Maulana Ishak– beliau berasal dari Samarqand {dekat kota Bukhara di Rusia Selatan} – yang ahli dalam bidang agama dan pengobatan, Setelah tugasnya di Jawa selesai
Maulana
Ishak pindah ke Pasai dan wafat disana.
3. Maulana Ahmad Jumadil Qubro-berasal dari Negara Mesir berdakwah keliling- makamnya di terdapat di Daerah Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
3. Maulana Ahmad Jumadil Qubro-berasal dari Negara Mesir berdakwah keliling- makamnya di terdapat di Daerah Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
4. Maulana Muhammad
Al-Maghrobi - berasal dari Maghrib, Negara Maroko – beliau berdakwah
keliling – kemudian dimakamkan di Jatinom
Klaten , Jawa Tengah.
5. Maulana Malik Isro'il-berasal dari Turki - ahli mengatur negara - wafat tahun 1435 M – beliau dimakamkan di Gunung Santri.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar - berasal dari Persia , Iran - ahli pengobatan wafat tahun 1435 M beliau dimakamkan di Gunung Santri.
7. Maulana Hasanuddin -
berasal dari Palestina-berdakwah keliling-wafat tahun 1462 M.beliau dimakamkan di samping Masjid Banten Lama Serang Banten.
8. Maulana Alayuddin -
berasal dari Palestina - berdakwah Keliling tanah jawa. wafat pada
tahun 1462 M. Beliau di makamkan disamping Masjid Banten Lama tidak jauh dari
tahun 1462 M. Beliau di makamkan disamping Masjid Banten Lama tidak jauh dari
makam Sultan Hasanuddin.
9. Syekh Subakir -
berasal dari Negara Persia – ahli dalam menumbali {metode Rukyah}
tanah angker yang dihuni para Jin - Jin jahat yang bisa menyesatkan manusia pada
tanah angker yang dihuni para Jin - Jin jahat yang bisa menyesatkan manusia pada
kekufuran. Setelah para Jin tersebut
menyingkir,lalu tanah yang telah netral di jadikan
pesantren Setelah banyak tempat-tempat yang ditumbali {dengan Rajah asma suci} maka
Syeh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M. Syekh Subakir wafat dan dimakamkan disana. Salah satu peninggalan Syekh Subakir yang terdapat disebelah utara Pemandian Blitar, Jawa Timur berupa Sajadah yg terbuat dari batu kuno serta tombak dan keris pusaka yang sampai sekarang oleh masyarakat dijadikan tempat penziarahan untuk mengenang tapak tilas perjuangan beliau dalam sejarah babat tanah jawa.
pesantren Setelah banyak tempat-tempat yang ditumbali {dengan Rajah asma suci} maka
Syeh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M. Syekh Subakir wafat dan dimakamkan disana. Salah satu peninggalan Syekh Subakir yang terdapat disebelah utara Pemandian Blitar, Jawa Timur berupa Sajadah yg terbuat dari batu kuno serta tombak dan keris pusaka yang sampai sekarang oleh masyarakat dijadikan tempat penziarahan untuk mengenang tapak tilas perjuangan beliau dalam sejarah babat tanah jawa.
-»
Wali Songo Periode Kedua
Pada periode kedua ini masukanlah tiga orang wali yang didatangkan untuk menggantikan tiga orang wali yang wafat. Mereka adalah :
1. Raden Ahmad Ali Rahmatullah (Sunan
Ampel)-berasal dari negeri Cempa Muangthai
Selatan {Thailand} beliau datang ketanah Jawa tahun 1421 - menggantikan Syeh Maulana Malik
Ibrahim beliau wafat pada tahun 1419 M.
2. Sayyid Ja'far Shodiq (Sunan Kudus) berasal dari Palestina
datang
ke tanah jawa pada tahun
1436 M beliau mengganti
kan Syeh Maulana Malik Isro'il wafat pada tahun 1435 M.
3. Syeh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) - berasal
3. Syeh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) - berasal
dari Negara Palestina - datang ke tanah Jawa pada tahun
1436 M – menggantikan Maulana Ali Akbar beliau wafat pada tahun 1435 M. Sidang tersebut
diadakan di Desa Ampel kota Surabaya. Para wali kemudian membagi tugas dan mengutusnya
berjuang di daerah Cirebon Jawa Barat.
-» Sunan Ampel, Syeh Maulana Ishak dan Syeh
Maulana Jumadil Qubro
beliau ditugaskan di Jawa Timur.
-» Sunan Kudus, Syekh Subakir,dan
Maulana Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah.
-» Syeh Syarif Hidayatullah, Sultan Maulana Hasanuddin dan Maulana Aliyuddin bertugas di Jawa Barat.
Dengan adanya pembagian
tugas ini maka masing-masing wali mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri dan
bertugas sesuai keahlian masing-masing.
-»
Wali Songo Periode Ketiga
Pada tahun
1463 M, masuklah tiga wali menjadi anggota Wali Songo untuk ikut serta berjuang
mensyi’arkan agama islam di pulau jawa mereka adalah:
1. Raden Paku {Syekh Maulana Ainul Yaqin} beliau adalah
putra kerajaan Blambangan JawaTimur -Putra dari Syekh Maulana Ishak dengan
Putri Kerajaan Blambangan bernama Dewi Sekardadu {Dewi Kasiyan} Raden Paku menggantikan kedudukan
ayahandanya yang telah pindah ke Negeri
Pasai.
Raden Paku tinggal di Giri , maka beliau lebih terkenal dengan sebutan Sunan Giri yang makamnya terletak di Kota Gresik , Jawa Timur.
2. Raden Said {Sunan Kalijaga} – lahir
di Tuban , Jawa Timur Putra dari Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga
mengantikan Syekh Subakir yang kembali ke Negara asalnya Negeri Persia.
3. Raden Makhdum Ibrahim {Sunan Bonang} - lahir di Ampel Surabaya - Putra dari Sunan Ampel. Sunan Bonang menggantikan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462 M. Sidang yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel , Surabaya.
-»
Wali Songo Periode Keempat
Pada tahun 1466 M,
diangkat kembali dua orang wali untuk menggantikan dua orang wali yang telah
wafat yaitu Syekh Maulana Ahmad Jumadil Qubro dan Maulana Muhammad Al-Maghrobi.
Dua wali yang menggantikannya adalah.
1. Raden
Fattah {Raden Patah} - murid dari Sunan Ampel. Raden Patah adalah putra dari
Raja Brawijaya Majapahit. Raden Patah diangkat menjadi Adipati Bintoro pada
tahun 1462 M. beliau lalu membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja atau
Sultan Demak pada tahun 1468 M.
2. Syeh Fathullah Khan Putra Sunang Gunung Jati beliau menggantikan ayahandanya yang telah berusia lanjut.
-»
Wali Songo Periode Kelima
Dapat disimpulkan bahwa dalam periode
ini , masuknya Sunan Muria atau Raden Umar Said - Putra dari Sunan Kalijaga menjadi
bagian dari walisongo untuk sama-sama mnsyi’arkan islam ditanah
jawa.Dikarenakan konon Syekh Siti Jenar (Syekh Lemah Abang) adalah salah satu dari
anggota walisongo. Namun karena Siti Jenar di kemudian hari mengajarkan
ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat agama, hingga
ahirnya Siti Jenar dihukum mati.Selanjutnya kedudukan Siti Jenar digantikan
oleh Sunan Bayat (Sunan Pandanarang) –
beliau yang berkuasa menjadi Adipati kota Semarang yang telah menjadi murid Kanjeng
Sunan Kalijaga.
-» Istilah Sunan
Sunan dalam budaya suku-suku di Pulau
Jawa adalah sebutan bagi
seseorang yang diagungkan dan dihormati. Biasanya karena kedudukan atau jasanya
di masyarakat. Kata ini merupakan penyingkatan dari kata susuhunan.atau dengan
kata lain "sesembahan".
Pada
periode sejarah Jawa Pra-Islam, gelar tersebut jarang dipakai atau tidak banyak didokumentasikan. Pada
awal-awal masuknya Islam di Jawa , gelar ini biasa diberikan untuk mubaligh
atau penyebar agama Islam , khususnya yang ada di tanah Jawa pada abad ke-15
sampai pada abad ke-16. Selain Sunan , ada pula mubaligh lainnya yang disebut juga
dengan Syekh , Kyai , Ustadz , atau Tuan Guru. Gelar "sunan" atau
"susuhunan" juga diberikan kepada penguasa Kraton Surakarta
Hadiningrat (Kasultanan Surakarta).
-»
Gelar Penguasa Jawa
Pemakaian gelar lainya untuk
istilah ‘sunan’ dan"susuhunan" adalah sebagai gelar bagi raja- raja
dari Kesultanan Mataram semenjak Raja Amangkurat I hingga suksesi pada Kasunanan
Surakarta sampai sekarang. Ini adalah warisan Sultan Agung dari Kerajaan
Mataram Islam, yang diakui sebagai Sultan dan Sayidina Panatagama, yaitu raja
serta pemimpin agama bagi masyarakat tanah Jawa.
-»
Wali Songo
Wali Songo adalah sembilan orang penyebar
agama Islam di Pulau Jawa yang paling terkenal di antara mereka yang mendapat
sebutan Sunan. Istilah walisongo berasal dari kata Wali {bahasa Arab yang
berarti Wakil},dan kata Sanga dalam {bahasa Jawa yang berarti Sembilan}. Mereka
yang dianggap sebagai mubaligh agung , baik dari segi ilmu agama Islam maupun keberhasilan
perjuangan dan ilmu karomahnya ter- hadap kehidupan masyarakat serta
kenegaranya. Berikut ini adalah nama - nama dari Sembilan Wali yang secara umum
dianggap sebagai Wali Songo tersebut :
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim.
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim.
4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
5. Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq.
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin.
7. Sunan Kalijaga atau Raden Sa'id.
8. Sunan Muria atau Raden Umar Sa'id.
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin.
7. Sunan Kalijaga atau Raden Sa'id.
8. Sunan Muria atau Raden Umar Sa'id.
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
SUNAN GRESIK
Sunan Gresik atau Syekh Maulana
Malik Ibrahim adalah nama dari salah seorang Walisongo di anggap
sebagai orang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dan
dijadikan sebagai pimpinan para wali
diantara walisongo lainnya.
-» Asal Keturunan
Tidak
terdapat bukti sejarah yang menyakinkan mengenai asal keturunan Maulana Malik
Ibrahim , meskipun pada umumnya disepakati bahwa beliau bukanlah orang suku Jawa
asli. Sebutan Syekh Maghrobi kepadanya, menisbatkan berasal dari
keturunannya dari wilayah Maghrib Maroko, Afrika Utara. menyebutkan dengan nama
Makhdum Ibrahim as-Samarqandy , yang mengikuti pengucapan lidah orang Jawa
menjadi nama Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di
Samarkandi, negara Asia Tengah.
pada awal abad ke 14. " Syeh Maulana
Malik Ibrahim adalah seorang Pendeta terkenal berasal dari Arabia, keturunan
dari Syeh Jenal Abidin , dan sepupu dari raja Chermen {sebuah Negara Sabrang},
yang telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang'gala
Terdapat beberapa versi yang mengatakan mengenai asal usul silsilah Syeh Maulana
Malik Ibrahim. Yang dianggap merupakan
keturunan dari Rasulullah SAW , melalui jalur keturunan Husain bin
Ali,
» Ali Zainal Abidin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah ,
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik {Ahmad Khan}
» Abdullah {al-Azhamat} Khan
» Ahmad Syah Jalal
» Jamaluddin Akbar al-Husaini atau Maulana Akbar atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang berarti adalah keturanan orang Hadrami yang berhijrah guna untuk menyebarkan Agama Islam.
-» Penyebaran Agama
Beberapa versi Babad Tanah Jawa
menyatakan bahwa kedatangan Syeh Maulana Malik Ibrahim disertai beberapa orang
dari negeri asalnya. Daerah yang ditujunya pertama kali adalah Desa Sembalo
, sekarang adalah daerah Leran , kecamatan Manyar , yaitu 9.km ke arah
utara kota Gresik.
beliau mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur dengan mendirikaan Masjid pertama kali di Desa Pasucinan Manyar. Pertama-tama yang dilakukannya adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah dan sopan santun yang diperlihatkannya dalam pergaulan sehari-hari, beliau tidak menentang secara tajam agama serta kepercayaan dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat segala perjuangan yang dilakukan banyak masyarakat yang tertarik masuk kedalam agama Islam. Sebagaimana yang dilakukan oleh para wali lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim adalah berdagang. Ia berdagang ditempat pelabuhan terbuka yang sekarang oleh masyarakat dinamakan Desa Roomo Manyar.
beliau mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur dengan mendirikaan Masjid pertama kali di Desa Pasucinan Manyar. Pertama-tama yang dilakukannya adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah dan sopan santun yang diperlihatkannya dalam pergaulan sehari-hari, beliau tidak menentang secara tajam agama serta kepercayaan dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat segala perjuangan yang dilakukan banyak masyarakat yang tertarik masuk kedalam agama Islam. Sebagaimana yang dilakukan oleh para wali lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim adalah berdagang. Ia berdagang ditempat pelabuhan terbuka yang sekarang oleh masyarakat dinamakan Desa Roomo Manyar.
Setelah cukup mapan di masyarakat , Syeh
Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di
daerah Trowulan Mojokerto, meskipun Raja Majapahit tidak memeluk Islam tetapi mau
menerimanya dengan baik, bahkan mau memberikannya sebidang tanah dipinggiran
kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura.
Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran, menurut Groeneveldt
pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup , di ibukota Majapahit telah banyak orang
asing yang memeluk agama islam termasuk dari Negara Asia Barat.
-»
Filsafat
Mengenai filsafat
ketuhanannya, disebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim pernah ditanya mengenai
apa yang dinamakan Allah. Kemudian Ia berkata: "Yang dinamakan Allah
adalah sesungguhnya Dzat yang diperlukan adanya yang telah menciptakan langit
dan bumi besrta segala isinya".
-»
Wafat
Setelah
selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran , Syekh
Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini terdapat di desa Gapuro
Sukolilo Gresik , Jawa Timur.
SUNAN AMPEL
Sunan Ampel pada masa kecilnya beliau bernama
Raden Rahmat dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Menurut beberapa riwayat
, orang tua Sunan Ampel adalah Syeh Makhdum Ibrahim menantu
Sultan Champa dan ipar Dwarawati. Sementara itu seorang putri
dari Kyai Bantong atau Syaih Bantong alias Tan Go Hwat beliau menikah dengan Prabu Brawijaya
V. kemudian melahirkan Raden Fatah. Sunan Ampel disebut Sayyid
Rahmad merupakan keponakan dari putri Champa yang menjadi Permaisuri
Prabu Brawijaya, yakni seorang wanita Muslimah yang telah memeluk agama
islam.
Ketika
istrinya putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Dan karena dianggap
akan membawa celaka/sial bagi negeri tersebut, maka ketika lahir seorang bayi {Cucu
Putri Pasai dan Brawijaya VI} tersebut, dihanyutkan ke laut, kemudian dipungut
dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih , yang kelak setelah dewasa disebut
dengan nama Pangeran Giri.
Petinggi dari Daerah Jipang secara
rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu karena itu semua adalah
aturan yang diberikan dari raja Majapahit. Karena seringnya bertemu dengan Raja
Bungsu, beliau tertarik akan keindahan Islam yang terpancar dari sikap dan sifat
Raja Bungsu, hingga pada akhirnya Petinggi Jipang tersebut dan berserta
keluarganya masuk Islam.
-» Silsilah
Pada umumnya silsilah Wali Songo berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW
, melalui jalur keturunan dari
» Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.
» Imam Husain
» Ali Zainal Abidin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Ahmad Syah Jalal
» Jamaluddin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Sayyid Ahmad Rahmatillah atau Sunan Ampel.
Sunan Ampel memiliki keturunan darah dari Uzbekistan dan Champa dari nasab ibunya. Sedang dari nasab ayah leluhur adalah keturunan langsung dari Syekih Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut/Hadrami. Yang berarti termasuk keluarga besar Sa’adah Al Ba’alawi.
-»
Istri dan Anak
Raden Rahmat yang tinggal di Ampeldenta itu, semakin lama kian bertamba harum namanya dikalangan masyarakat maupun bangsawan pembesar-pembesar kerajaan dengan sebutan Sunan Ampel.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Sunan
Ampel yang pernah tinggal beberapa waktu di istana Majapahit , pernah
dinikahkan dengan Dewi Condrowati putri raja Majapahit. karena sebagai
menantu seorang raja itulah , yang membuat Sunan Ampel dipanggil dengan sebutan
"Raden Rahmat".
Dari istri pertama Sunan Ampel , yaitu Nyai Dewi Condrowati beliau mendapat keturunan:
Dari istri pertama Sunan Ampel , yaitu Nyai Dewi Condrowati beliau mendapat keturunan:
» Raden Makhdum Ibrahim
» Raden Qasim atau Syarifuddin
» Raden Ahmad atau Husamuddin
» Siti Muthmainah istri Sunan Gunung Jati
» Siti Syarifah atau Nyai Ageng Maloka
» Siti Khafshah istri Sunan Kalijaga
Dengan istri kedua , yaitu Siti
Karimah atau Dewi Karimah beliau mendapat keturunan
» Dewi Murthasiah istri Sunan Giri
» Dewi Murthasimah atau Asyiqah istri Raden Patah.
-» Ajaran Sunan Ampel
Semakin
lama kian banyak orang ingin menimba ilmu kepada Sunan Ampel. Tidak hanya dari
kalangan bangsawan Majapahit saja, bahkan dari kalangan masyarakat umum juga
tidak kalah banyak.
Adapun
ajaran Sunan Ampel yang sangat terkenal adalah Falsafah Mo-Limo. Mo
berarti Moh atau Ora Gelem Limo berarti Lima Macam atau Perkara Lima. Jadi
maksud dari kata Mo-Limo adalah tidak mau melakukan perkara lima yang
dilarang , yaitu lima perkara yang dilarang agama.
1.
Mo Main = tidak berjudi.
2. Mo Ngombe = tidak meminum minuman memabukan
3.
Mo Madat = tidak menghisap
candu atau sejenisnya
4. Mo Maling = tidak mencuri atau korupsi.
5. Mo Madon = tidak main perempuan yang bukan istrinya
5. Mo Madon = tidak main perempuan yang bukan istrinya
Setelah nampak hasil dari ajaran serta didikan Sunan Ampel maka Raja Brawijaya merasa sangat gembira sekali. sangat bangga punya menantu seperti Sunan Ampel , yang dapat membantu memperbaiki akhlak para bangsawan dan rakyatnya. Hingga keadaan Majapahit yang kala itu telah semrawut, akhirnya menjadi tenang kembali. Sebenarnya, dalam hati raja Brawijaya juga menyukai pada ajaran Sunan Ampel bahwa Islam adalah agama yang baik dan mempunyai didikan akhlak yang luhur.
-»
Legenda Unik
Masjid
Ampel dibangun oleh Sunan Ampel pada tahun 1421. Konon pada waktu pembangunan
masjid sangat cepat dengan bentuk bangunan khas Jawa yang memiliki 16
tiang.Yang membuat takjub adalah tiang-tiang banguanan tersebut tanpa
sambungan. Dibalik pendirian bangunan masjid suci ini terdapat
cerita-cerita mistis , yang salah satunya adalah penetapan arah
kiblat. Peristiwa tersebut berkaitan dengan nama murid kesayangan Sunan
Ampel yang bernama Sonhaji , yang kemudian terkenal dengan panggilan Mbah
Bolong.
Ketika itu Mbah Bolong ditanya oleh beberapa orang , termasuk para santri Sunan Ampel. Salah satu dari mereka bertanya"Apa sudah benar arah kiblatnya . . ? ", tanya salah satu dari mereka. Kemudian Mbah Bolong melangkah masuk kedalam tempat mengimami sholat dan mengusap tembok sebelah barat yang ada dihadapannya.Tiba-tiba tembok yang di usapnya tersebut muncul sebuah lubang.
"Lihat , apakah sudah benar mengarah kiblat..?", kata Mbah Bolong sambil menunjuk lubang yang muncul tersebut. Semua orang yang berada disitu pun melangkah maju. Mereka semua terkejut , heran dan takjub dengan apa yang dilihat dari lubang tersebut. Mereka semua melihat Ka'bah. Sejak saat itu , mereka tidak berani lagi meremehkan Mbah Bolong atau mbah Sonhaji murid kesayangan Sunan Ampel tersebut. Disamping cerita di atas ,juga ada cerita tentang Mbah Sholeh. Murid Sunan Ampel yang satu ini adalah ahli dalam membersihkan masjid. Yang diyakini pernah mati dan hidup lagi yang tidak tanggung-tanggung prosesnya karena berlangsung hingga sembilan kali. Tak heran jika makamnya juga berjumlah sembilan , yang letaknya di utara serambi masjid.
Menurut sejarah cerita tentang Mbah Sholeh ini mempunyai dua versi.
» Ketika Mbah Sholeh sudah meninggal , setiap kali Sunan Ampel melihat masjid kotor, kemudian berkata jika masih ada mbah Soleh pastilah akan ada orang yang bisa
membersihkannya seketika itu tiba-tiba dia
hidup lagi dan
membersihkannya.
Dan semua kejadian tersebut berlangsung hingga sembilan kali. Kedua murid itu adalah murid kesayangan sekaligus murid setia Sunan Ampel. Sunan Ampel juga membangun sebuah masjid pada tahun 1479 M. yaitu Masjid Agung Demak. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481M di Demak dan dimakamkan disebelah barat Masjid Ampel Surabaya.
SUNAN BONANG
Sunan Bonang diperkirakan lahir pada tahun 1465 dengan nama Maulana Makhdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Condrowati atau Nyi Ageng Manila. Nama Sunan Bonang diperkirakan adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Sejak kecil Makhdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan disiplin.Sudah bukan rahasia lagi bahwa latihan atau riadha para wali itu lebih berat daripada orang awam. Disebutkan dari berbagai literature bahwa Makhdum Ibrahim sewaktu masa remaja meneruskan pelajaran agama Islam hingga ke Tanah Seberang yaitu Negeri Pasai.
Dalam berdakwah, Raden Makhdum Ibrahim
sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati yaitu berupa
seperangkat gamelan yang disebut Bonang. Setelah mereka tertarik
dan ingin belajar memainkan alat tersebut , kemudian Sunan Bonang mengajarkan
tembang-tembang yang berisikan ajaran agama Islam.
Diantara tembang yang terkenal adalah
"Tamba Ati Iku Limo Sak Warnane.
Maca Qur'an Angen-Angen Sak Maknane.
Kaping Pindho Sholat Wengi Lakonono.
Kaping Telu Wong Kang Sholeh Kumpulono.
Kaping Papat Kudu Wetheng Ingkang Luwe.
Kaping Limo Dzikir Wengi Ingkang Suwe.
Salah Sawijine Sopo Biso Ngelakoni.
Insya'Allah , Gusti Allah Nyembadani."
Murid Syeh Makhdum Ibrahim sangat banyak, baik yang
berada di Tuban, Jepara, Madura, maupun Pulau Bawean. Dan masih banyak tempat
lainnya karena Makhdum Ibrahim senang mengembara ketempat-tempat terpencil ,
yang sulit terjangkau untuk mengajarkan agama Islam. Mungkin karena sering
menggunakan Bonang dalam setiap dakwahnya , maka masyarakat memberinya
gelar Sunan Bonang.
Sunan Bonang dikenal sebagai pemimpin bala tertara Demak. Dalam menyiarkan ajaran Islam ia mengandalkan sejumlah kitab. Antara lain Ihya Ulumuddin dari al-Ghazali dan Al-Anthaki dari Dawud al-Anthaki. Juga tulisan Abu Yazid Al-Busthami dan Syekh Abdul Qadir Jaelani.
ajaran Sunan Bonang
memuat " Tiga Tiang Agama" , yaitu
1. Ilmu Tasawuf ,
2. Ilmu Ussuludin ,
3. Ilmu Fiqih.
Selain itu , manusia harus menjauhi
" Tiga Musuh Utama " , yaitu
1. Dunia ,
2. Hawa Nafsu ,
3. Syaitan.
Manusia dianjurkan jangan banyak
bicara, bersikap rendah hati, tidak mudah putus asa, dan selalu bersyukur atas
atas nikmat Allah yang telah diberikan .
Manusia juga harus menjauhi sikap
dengki , sombong ,serakah, serta gila pangkat dan kehormatan. Menurut Gunning
dan Schrieke bahwa naskah ajaran Sunan Bonang merupakan naskah walisongo yang
relatif lebih lengkap.
-» Silsilah
Seperti pada umumnya bahwa sebagian besar walisongo mempunyai keturunan langsung dari Rasulullah dengan jalur nasab dari keturunan
Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.
» Imam Husain
» Ali Zainal Abidin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Ahmad Syah Jalal
» Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Raden Rahmat atau Sunan Ampel
» Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang
Seperti pada umumnya bahwa sebagian besar walisongo mempunyai keturunan langsung dari Rasulullah dengan jalur nasab dari keturunan
Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.
» Imam Husain
» Ali Zainal Abidin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Ahmad Syah Jalal
» Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Raden Rahmat atau Sunan Ampel
» Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang
Sunan Bonang terkenal dalam ilmu kebatinannya. Ia mengembangkan ilmu dzikir yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian ia kombinasi dengan keseimbangan pernafasan yang disebut dengan rahasia Alif - Lam - Mim , yang artinya hanya Allah SWT semata yang maha tahu.
-»
Wafat
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525.
Makam berada di Tuban terletak disebelah barat Masjid Agung Tuban , desa
Kutareja , Tuban.
Petilasan
Sunan Bonang juga ada dipantai utara Jawa antara Rembang dan Lasem. Disana ,di
atas bukit , terdapat batu yang pernah digunakan sebagai alas untuk
sholat. Di batu tersebut terdapat jejak kaki Sunan Bonang yang konon karena
kesaktiannya membuat batu itu melesak. Selain itu sebuah tempat bernama Singkal
di tepi sungai Brantas Kediri,
SUNAN
DRAJAT
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada
tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim kemudian mendapat gelar Raden
Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel dan bersaudara dengan Sunan
Bonang. Raden Qasim terkenal dengan kecerdasannya.
Setelah menguasai pelajaran Islam , kemudian beliau menyebarkan agama Islam di Desa Drajat , Kec. Paciran , Kab. Lamongan sebagai tanah perdikan. Tempat itu diberikan oleh Kerajaan Demak. Pada tahun saka 1442 M, atau tahun 1520 M, ia mendapat gelar dari Raden Patah dengan sebutan Sunan Mayang Madu.
Raden
Qasim kemudian menetap di Jelak dan menikah dengan Kemuning putri Mbah
Mayang Madu. Raden Qasim mendirikan sebuah Surau yang akhirnya menjadi
pesantren tempat mengaji ratusan penduduk. Jelak yang semula cuma dusun kecil
dan terpencil , lambat-laun berkembang menjadi kampung besar yang ramai.
Setelah 3 tahun , Raden Qasim pindah ke selatan , sekitar 1 kilometer dari
Jelak , ketempat yang lebih tinggi dan terbebas dari banjir pada musim hujan.
Tempat itu dinamai Desa Drajat Sejak
saat itu , Raden Qasim mulai dipanggil dengan nama Sunan Drajat oleh
para pengikutnya. Tetapi tempat tersebut juga masih dianggap belum strategis
oleh Sunan Drajat , sebagai pusat dakwah Islam. Sunan Drajat lantas diberi izin
oleh Sultan Demak untuk membuka lahan baru di daerah perbukitan sebelah
selatan. Lahan berupa hutan belantara itu dikenal penduduk sebagai daerah
angker. banyak makhluk halus
yang marah akibat pembukaan lahan tersebut. Mereka meneror penduduk pada malam
hari dan menyebarkan penyakit. Namun
berkat kesaktian dan pertolongan yang diberikan Allah , Sunan Drajat mampu mengatasi
semua masalah yang mengganggu.
Setelah pembukaan lahan selesai ,
Sunan Drajat bersama para pengikutnya membangun pemukiman baru yang luasnya
sekitar 9 hektar. Atas pentunjuk Sunan Giri melalui mimpi, akhirnya
Sunan Drajat menempati sisi perbukitan selatan , yang kini menjadi kompleks
pemakaman dan diberi nama Ndalem Duwur. Sunan Drajat mendirikan masjid agak
jauh di barat tempat tinggalnya. Masjid itulah yang menjadi tempat berdakwah
menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk.
Sunan Drajat menghabiskan sisa hidupnya di Ndalem Duwur hingga wafat pada tahun 1522 M. Ditempat itu kini dibangun sebuah museum tempat menyimpan barang-barang peninggalan Sunan Drajat , termasuk dayung perahu yang dulu pernah menyelamatkannya. Sedangkan lahan bekas tempat tinggal Sunan Drajat , kini dibiarkan kosong dan dikeramatkan.
-» Cara Berdakwah
Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawanannya. Ia menurunkan kepada para pengikutnya kaidah tak saling menyakiti , baik melalui perkataan maupun perbuatan.
Sunan Drajat
memperkenalkan Islam melalui kosep dakwah bil-hikmah , dengan cara-cara bijak ,
tanpa memaksa. Dalam menyampaikan ajarannya , Sunan Drajat menempuh 5 cara.
» Pertama, lewat pengajian secara langsung disurau.
» Pertama, lewat pengajian secara langsung disurau.
» Kedua , melalui penyelenggaraan pendidikan
di pesantren.
» Ketiga , memberi fatwa atau petuah dalam
menyelesaikan suatu masalah.
» Keempat , melalui kesenian tradisional dengan
kerap
berdakwah lewat tembang yang diiringi
gamelan. Karena
itu ia dikenal sebagai seorang wali pencipta
tembang
Mojopat yakni Pangkur. Sisa-sisa
Gamelan Singo
Mengkoknya kini tersimpan di Museum Daerah
Lamongan.
» Kelima , ia juga menyampaikan ajaran agama melalui ritual
» Kelima , ia juga menyampaikan ajaran agama melalui ritual
adat tradisional, asal tidak bertentang
dengan ajaran Islam.
Empat pokok ajaran Sunan Drajat dari sap
tangga ketujuh
yang terakhir adalah:
1. Paring teken marang kang kalunyon lan
wuta = Berikan
tongkat kepada yang terpeleset dan buta.
2. Paring pangan marang kang kaliren =
Berikan makan
kepada
yang kelaparan.
3. Paring sandang marang kang kawudan =
Berikan pakaian
kepada yang telanjang.
4. Paring payung marang kang kodanan =
Berikan payung
kepada yang kehujanan.
Sunan Drajat sangat memperhatikan masyarakatnya. Ia kerap berjalan mengitari perkampungan pada malam hari , sehingga penduduk merasa aman dan terlindungi dari gangguan makhluk halus yang konon merajalela selama dan setelah pembukaan hutan tersebut. Ia juga sering mengobati warga yang sakit dengan ramuan tradisional dan doa.
-» Istri Sunan Drajat
Dalam beberapa naskah , Sunan Drajat disebut menikahi tiga orang perempuan.
1. Dewi Sufiyah putri Sunan Gunung Jati. Menurut Babad Cirebon bahwa sebelum sampai ke Lamongan, ia sempat dikirim ayahnya untuk berguru mengaji kepada bekas
murid ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati dan menikahi putrinya.
2. Kemuning putri Mbah Mayang Madu , salah satu tokoh tetua yang pernah menolong
beliau ketika terdampar di Jelak. Dan mungkin karena menikah dengan putri Mbah Mayang Madu inilah , Sunan Drajat mendapat gelar dari Raden Patah dengan sebutan Sunan Mayang Madu.
3. Retnayu Condrowati putri Adipati Kediri yang bernama
Raden Suryadilaga.Peristiwa itu diperkirakan terjadi
pada
tahun 1465 M.
setelah menikah dengan
Dewi Sufiyah , ia tinggal di Kadrajat. Ia pun biasa dipanggil dengan sebutan Pangeran
Kadrajat atau Pangeran Drajat. didesa Drajat, terdapat sebuah masjid
besar yang diberi nama Masjid Nur Drajat. Naskah Badu Wanar dan Naskah
Drajat mengkisahkan bahwa dari istri pertama yaitu Dewi Sufiyah mendapat
keturunan tiga anak:
1. Pangeran Rekyana atau Pangeran Tranggana.
2. Pangeran Sandi.
3. Dewi Wuryan.
-»
Filosofi Sunan Drajat
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ketujuh dari tataran kompleks makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofi ketujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
1. Memangun Resep Tyasing Sasomo = Kita selalu membuat senang hati orang lain.
2. Jroning Suka Kudu Eling Lan Waspada = didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada.
3. Laksmitaning Subrata Nyipta Marang
Pringgabayaning Lampah = Dalam perjalanan untuk mencapai
cita-cita luhur kita tidak perduli dengan segala bentuk
rintangan.
4.
Meper Hardaning Pancadriya = Kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu.
5.
Heneng - Hening - Henung = Dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam
keheningan itulah kita akan mencapai cita-cita luhur.
6.
Mulya guna Panca Waktu = Suatu kebahagiaan lahir-batin hanya bisa kita capai dengan sholat lima
waktu.
7. Empat ajaran Pokok
»
Paring teken marang kang kalunyon lan wuta = Berikan tongkat kepada yang terpeleset dan buta.
Bermakna Berilah ilmu agar orang menjadi pandai dan
tidak melakukan kesalahan
»
Paring pangan marang kang kaliren = Berikan makanan kepada yang kelaparan. Bermakna : Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin
» Paring sandang marang kang kawudan = Berikan pakaian kepada yang telanjang.
Bermakna : Ajari kesusilaan pada orang yang tidak punya malu
Bermakna : Ajari kesusilaan pada orang yang tidak punya malu
» Paring payung marang kang kodanan = Berikan payung kepada yang kehujanan. Bermakna : Beri
perlindungan pada orang yang menderita.
-» Silsilah Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel
dari istri yang bernama Dewi Condrowati atau Nyi Ageng Manila.
Dewi Condrowati atau Nyi Ageng Manila, ada yang mengatakan bahwa ia adalah
putri raja Majapahit, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah putri
Adipati Tuban yang bernama Arya Teja. Maka dari itu, sebagai putra Sunan
Ampel, dapat disimpulkan bahwa Sunan Drajat mempunyai silsilah sebagai
keturunan Nabi Muhammad saw dari garis keturunan
Fatimah az-Zahra dan Ali bin
Abi Thalib
» Imam Husain
» Ali Zainal Abadin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Ahmad Syah Jalal
» Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Raden Rahmat atau Sayyid Ahmad Rahmatillah atau
» Imam Husain
» Ali Zainal Abadin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Ahmad Syah Jalal
» Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Raden Rahmat atau Sayyid Ahmad Rahmatillah atau
Sunan Ampel dan Dewi Condrowati , yang kemudian
lahir
Raden Qasim atau Sunan Drajat .
Sunan Drajat wafat pada tahun 1522M. Beliau dimakamnya di Desa Drajat Kec.
Paciran Kab. Lamongan. Tak jauh dari makam terdapat sebuah museium.
SUNAN
KUDUS
Beliau lahir di Jipang Panolan yang letaknya di sebelah utara kota Blora, sekitar tahun 1400 . Dengan nama Ja'far Shodiq. Ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar dengan sebutan Sunan Ngudung. Ja'far Shodiq mengajarkan agama Islam khususnya di sekitar Kudus dan di Jawa Tengah pesisir Utara pada umumnya. Ia adalah seorang ulama yang ahli dalam menyiarkan agama Islam dengan ilmu Tauhid Usul Hadits Sastra Mantiq dan Fiqih.
Karena itulah ia mendapat gelar
sebagai Waliyyul 'Ilmi , bahkan menurut sebagaian riwayat ia termasuk salah
seorang Pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita pendek yang
berisi tentang fisafat dan berjiwa agama.
Salah satu ciptaannya yang terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil.
Salah satu ciptaannya yang terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil.
-»
Guru - Gurunya
Disamping belajar agama pada ayahnya ,
Ja'far Shodiq juga belajar kepada beberapa orang ulama terkenal lainnya , seperti Kyai
Telingsing Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel. Nama asli dari Kyai
Telingsing adalah Ling Sing. Ia seorang ulama dari Negeri Cina yang
datang ke Pulau Jawa bersama Laksamana Jendral Cheng Hon.
Raden Ja'far Shodiq
mewarisi bagian dari sifat positif masyarakat Cina , yaitu ketekunan dan
kedisiplinan dalam mengejar atau mencapai cita-cita. Hal ini berpengaruh besar
bagi kehidupan dakwah Ja'far Shodiq di masa mendatang , yaitu tatkala
menghadapi masyarakat yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Budha.
Selanjutnya Raden Ja'far Shodiq berguru pada Sunan Ampel di Surabaya selama
beberapa tahun.
-» Strategi Dakwah
Syekh Ja'far Shodiq termasuk pendudukung gagasan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang menerapkan strategi dakwah kepada masyarakat sebagai berikut:
1. Membiarkan dulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang sukar di ubah.Mereka sepakat untuk tidak menggunakan jalan kekerasan menghadapi masyarakat yang demikian
2. Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tetapi mudah dirubah , maka segera dihilangkan.
» Tut Wuri Handayani. Mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan adat rakyat tetapi di usahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi sedikit.
» Tut Wuri Hangiseni.Mengikuti dari belakang sambil mengisi ajaran agama Islam
» Mengambil ikan tetapi tidak membuat
keruh airnya. Menghindarkan konfrontasi secara langsung atau secara keras di dalam cara menyiarkan agama Islam.
» Tidak menghalau masyarakat dari umat Islam. Bagi
kalangan umat Islam yang sudah tebal
imannya harus
berusaha menarik simpati masyarakat
non-muslim agar
mau mendekat dan Ketertarikan dengan ajaran
dengan
cara melaksanakan ajaran Islam secara
lengkap.
-» Silsilah
Seperti kita ketahui bahwa walisongo masih keturunan Rasulullah - melalui jalur Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.
» Imam Husain
» Ali Zainal Abidin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Raden Rahmat atau Sayyid Ahmad Rahmatillah atau
» Ali Zainal Abidin
» Muhammad al-Baqir
» Ja'far ash-Shadiq
» Ali al-Uraidhi
» Muhammad al-Naqib
» Isa ar-Rumi
» Ahmad al-Muhajir
» Ubaidullah
» Alwi Awwal
» Muhammad Sahibus Saumiah
» Alwi ats-Tsani
» Ali Khali' Qasam
» Muhammad Shahib Mirbath
» Alwi Ammi al-Faqih
» Abdul Malik Azmatkhan
» Abdullah Khan
» Jamaludin Akbar al-Husaini atau Syekh Jumadil Qubro
» Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
» Raden Rahmat atau Sayyid Ahmad Rahmatillah atau
Sunan Ampel
» Siti Syarifah atau Nyai Ageng Maloka atau Nyai Ageng
» Siti Syarifah atau Nyai Ageng Maloka atau Nyai Ageng
Manyuran yang menjadi istri Raden Usman
Haji atau
Sunan Ngudung
» Raden Ja'far Shodiq atau Sunan Kudus.
Sunan Kudus diperkirakan lahir pada tahun 1400 dan wafat pada tahun 1550 dalam posisi sujud sewaktu memimpin sholat subuh. Makam Sunan Kudus di sekitar Masjid Menara Kudus yang beliau dirikan pada tahun 1549 , di Desa Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Masjid Menara Kudus juga dikenal dengan sebutan Masjid Al-Aqsa atau Masjid Al-Manar.
SUNAN GIRI
Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan
pendiri kerajaan Giri Kedaton,
yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur.
Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa, yang pengaruhnya bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul
Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga
yang menyebutnya Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan
Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Jaka
Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang
oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke
laut yang kemudian dipungut anak
oleh Nyai Semboja
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik
Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal
mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya
berkelana hingga ke Samudra Pasai.
-»
Silsilah
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan
8 Muhammad
an-Naqib,
8 Isa
ar-Rumi,
8 Ubaidullah,
8 Alwi Awwal,
8 Muhammad
Sahibus Saumiah,
8 Alwi ats-Tsani,
8 Ali Khali'
Qasam,
8 Alwi Ammi
al-Faqih,
8 Abdul Malik
(Ahmad Khan),
8 Abdullah
(al-Azhamat) Khan,
8 Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan),
8 Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro),
8 Maulana Ishaq /
Ainul Yaqin (Sunan Giri).
8 Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat
pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.
-»
Wafat
Sunan Giri (Raden
Paku) mendirikan pesantren di sebuah tempat yang warna dan bau tanahnya sama
dengan yang telah diberikan ayahnya (Syaikh Maulana Ishak)
Kini, jejak bangunan Pesantren Giri hampir tiada. Tapi,
jejak dakwah Sunan Giri masih membekas dan dapat kita rasakan hingga saat
ini, keteguhannya mensyi’arkan agama Islam juga diikuti para penerusnya.
Sunan Giri wafat pada 1506 Masehi, dalam usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Desa
Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
SUNAN KALIJAGA
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Sunan
Kalijaga
lahir pada tahun 1455 Masehi. Ayahandanya adalah Prabu
Arya Wilatikta (Adipati Tuban) dan Dewi Sukowati Ia juga
memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban
atau Raden Abdurrahman.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai usia
131 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan
Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten,
bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan
Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.
Beliau ikut pula merancang pembangunan Masjid
Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang
merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga, beliau merupakan ulama yang paling lama menjalankan tugas dakwahnya. Dia
dikenal sebagai murid kesayangan Sunan Bonang.
Pola dakwah yang dikembangkannya mirip dengan guru
sekaligus sahabatnya tersebut. Kalijaga juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai
sarana yang efektif untuk berdakwah beliau menggunakan seni ukir, seni suara
suluk, dan gamelan sebagai sarana dakwahnya.
Sunan Kalijaga pun membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang
sengaja ''diislamkan'' sebagai dengan media dakwah mengislamkan masyarakat yang
masih berpegangteguh pada jaran Hindu.
-» Silsilah
Silsilah Sunan Kalijaga / Raden Mas Said melalui jalur Ratu Penguasa Tuban
adalah:
8
Nabi Muhammad SAW
8
Fatimah Az-Zahrah
8
Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib
dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
8
Al-Imam Sayyidina Hussain
8
Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
8
Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
8
Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin Sayyid Al-Imam Ali Uradhi
8
Sayyid Muhammad An-Naqib
8
Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin Ahmad al-Muhajir
8
Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin Sayyid Alawi Awwal
8
Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah
8
Sayyid Alawi Ats-Tsani
8
Sayyid Ali Kholi’ Qosim
8
Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
8
Sayyid Alawi Ammil Faqih
(Hadhramaut)
8
Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir
(Nasrabad, India)
8
Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan
8
Sayyid Ahmad Shah Jalal
8
Ahmad Jalaludin Al-Khan bin Sayyid Ali Nurrudin
8
Sayyid Ali Nurul Alam
8
Sayyid Masyur / Arya Tedja IV Adipati Tuban
8
Nyai Ageng Manila
8 SUNAN KALI JAGA / RADEN MAS SAID
-»
Wafat
Sunan Kalijaga
wafat pada tahun 1586, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, Kec. Demak Kota,
Kab. Demak, Jawa Tengah. Dari Masjid Agung Demak Bintoro peninggalan Walisongo
yang kesohor itu, letak Desa Kadilangu hanya berjarak 12 km arah Timur Laut
dari pusat kota Demak, yang berjulukan Kota Wali.
SUNAN MURIA
Sunan Muria (lahir abad ke-15-16). Beliau adalah putera Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh binti Syaikh
Maulana Ishak. Nama beliau
adalah Raden Umar Said sedang
nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Dijuluki Sunan Muria, karena pusat kegiatan
dakwahnya dan sekaligus makamnya di gunung muria.
Seperti
ayahnya, dalam berdakwah Sunan Muria menggunakan
cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara
yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar tempat tinggal beliau di gunung Muria
yang salah satu puncaknya bernama Colo. Letaknya
disebelah utara kota Kudus. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang,
nelayan, pelaut dan rakyat jelata.
Beliau lah satu-satu wali
yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan
kinanti, Nama
Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di
sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat beliau dimakamkan.
-» Silsilah
Satu versi menyebutkan, Sunan Muria adalah putra Sunan
Kalijaga. Ahli sejarah A.M. Noertjahjo (1974) dan Solihin Salam (1964, 1974)
yakin dengan versi ini. Berdasarkan penelusuran mereka, pernikahan Sunan
Kalijaga dengan Dewi Saroh binti Maulana Is-haq memperoleh tiga anak, yakni
Sunan Muria, Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.
Versi lain memaparkan, Sunan Muria adalah putra Raden
Usman Haji alias Sunan Ngudung. Karya R. Darmowasito, Pustoko Darah Agung, yang
berisi sejarah dan silsilah wali dan raja-raja Jawa, menyebutkan Sunan Muria
sebagai putra Raden Usman Haji. Bahkan ada juga yang menyebutnya keturunan
Tionghoa.
Dalam bukunya, Runtuhnya Kerajaan Hindhu-Jawa dan Timbulnya
Negara-negara Islam di Nusantara (1968), Prof. Dr. Slamet Muljana menyebutkan
ayah Sunan Muria, Sunan Kalijaga, tak lain seorang kapitan Tionghoa bernama Gan
Sie Cang. Sunan Muria disebut ''tak pandai berbahasa Tionghoa karena berbaur
dengan suku Jawa''.
Sejauh ini, karya Umar Hasyim, Sunan Muria: Antara Fakta dan Legenda
(1983), bolehlah digolongkan penelitian awal yang mencoba menelusuri silsilah
Sunan Muria secara lebih ilmiah. Ia berusaha membedakan cerita rakyat dengan
fakta. Misalnya tentang Sunan Muria sebagai keturunan Tionghoa
Hanya, tradisi
berbau klenik seperti membakar kemenyan atau menyuguhkan sesaji diganti dengan
doa atau salawat. Sunan Muria juga berdakwah lewat berbagai kesenian Jawa,
misalnya mencipta macapat, lagu Jawa. Lagu sinom dan kinanti dipercayai sebagai
karya Sunan Muria, yang sampai sekarang masih lestari.
SUNAN GUNUNG JATI
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) lahir sekitar 1450 M, namun ada
juga yang mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Ayahandanya adalah
Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir
besar dari Gujarat India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Muhammad
Akbar sebagai ulama besar di Hadramaut Yaman, keturunan ke 17 Rasulullah SAW melalui
cucunya Imam Husain.
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im) yaitu
putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang,
merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar
Cakrabuwana. Banyak cerita mengenai karomah Sunan Gunung Jati sebagaimana diceritakan dalam Babad Tanah
Sunda dan Babad Cirebon.
Sebenarnya sebelum sunan gunung jati berdakwah di jawa barat itu, sudah ada
seorang ulama dari Baghdad, irak yang datang ke daerah Cirebon bersama dua
puluh orang muridnya. Ulama besar itu bernama Syekh Dzatulkahfi makam beliau
berada di Gunung Sembung tidak jauh dari makam Sunan Guung Jati, Ia adalah
ulama yang lebih dulu menyiarkan agama islam di sekitar cirebon.
pada tahun 1470 Masehi. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) dengan
didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran
Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon
dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.
Memasuki usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480, ia menikahi adik
dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia
mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang
kelak menjadi Sultan Banten I.
Sunan Gunung Jati pada Tahun 1526 M, menyebarkan Islam sampai Banten dan
menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon. Dan pada Tahun 1526 M juga tentara
Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang
bernama Fatahillah merebut Sunda Kelapa dan Portugis, dan diberi nama baru
yaitu Jayakarta.
Pada tahun 1533 Masehi, Banten menjadi Kasultanan Banten yang dipimpin oleh
putra pertama Sunan Gunung Jati yaitu Sultan Maulana Hasanuddin.
Bagi para sejarawan, ia adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika
itu dengan bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur hingga
mencapai puncaknya 1650 hingga masa runtuhnya Kesultanan Banten pada tahun 1680
M.
-» Silsilah
Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon Dari Garis Ayah
1.
Nabi Muhammad SAW
2.
Fatimah Az-Zahra
binti Rosulullah SAW.
3.
Al-Husain putera
Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
4.
Al-Imam Sayyidina
Hussain
5.
Sayyidina ‘Ali
Zainal ‘Abidin
6.
Sayyidina
Muhammad Al Baqir.
7.
Sayyidina Ja’far
As-Sodiq.
8.
Sayyid Al-Imam
Ali Uradhi.
9.
Sayyid Muhammad
An-Naqib.
10.
Sayyid ‘Isa Naqib
Ar-Rumi.
11.
Ahmad al-Muhajir.
12.
Sayyid Al-Imam
‘Ubaidillah.
13.
Sayyid Alawi
Awwal.
14.
Sayyid Muhammad
Sohibus Saumi’ah.
15.
Sayyid Alawi
Ats-Tsani.
16.
Sayyid Ali Kholi’
Qosim.
17.
Muhammad Sohib
Mirbath (Hadhramaut)
18.
Sayyid Alawi
Ammil Faqih (Hadhramaut).
19.
Sayyid Amir
‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India).
20.
Sayyid Abdullah
Al-’Azhomatu Khan.
21.
Sayyid Ahmad Shah
Jalal Ahmad Jalaludin Al-Khan.
22.
Sayyid Syaikh
Jumadil Qubro Jamaluddin Akbar.
23.
Sayyid ‘Ali
Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam.
24.
Sayyid
‘Umadtuddin Abdullah.
25.
Sunan Gunung Jati
Syarif Hidayatullah.
Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon Dari Garis Ibu
1. Prabhu Ciung Wanara.
2. Prabhu Dewi Purbasari.
3. Prabhu Lingga Hiang.
4. Prabhu Lingga Wesi.
5. Prabhu Wastu Kancana.
6. Prabhu Susuk Tunggal.
7. Prabhu Banyak Larang.
8. Prabhu Banyak Wangi.
9. Prabhu Mundingkawati.
10. Prabhu Anggalarang.
11. Prabhu Siliwangi.
12. Ratu Mas Rarasantang/Syarifah Muda’im.
13. Sunan Gunung Jati/Syekh Syarif Hidayatullah
Silsilah Keturunan Sunan Gunung Jati
1.
Ratu Ayu
Pembayun.
2.
Pangeran Pasarean
/ Muhammad Tajul Arifin.
3.
Pangeran Jaya
Lelana.
4.
Maulana
Hasanuddin Banten.
5.
Pangeran
Bratakelana / Pangeran Gung Anom.
6.
Ratu Winaon.
7.
Pangeran Trusmi
-» Wafat
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568, dalam usia
120 tahun. Bersama ibunya, dan pangeran Carkrabuana beliau dimakamkan di Cirebon
Jawa Barat,. dua tahun kemudian wafat pula Kyai
Bagus Pasai, Fatahillah dimakamkan ditempat yang sama, makam kedua tokoh itu
berdampingan, tanpa diperantarai apapun juga.
Menurut Al-Habib Salim bin
Abdullah Asy-Syathiri,
seorang ulama' dari Tarim Hadramaut Yaman. Para Walisongo yang menyebarkan
dakwah Islam di indonesia mereka adalah para 'alawiyin yang datang dari
Hadramaut. Mereka
merupakan para dzurriyyat Rasulullah (keturunan Rasulullah) yang silsilah nya bersambung
kepada Al-Imam Ahmad Al-Muhajir. Silsilah Walisongo sampai kepada Al-Imam
As-Sayyid Alwi 'Ammi al-Faqih al-Muqoddam (paman dari Muhammad al-Faqih
al-Muqoddam).
Sayyid 'Alwi ini memiliki 3 putra. dan
dari 3 putra inilah yang meregenerasikan para ulama yang bertebaran ke berbagai
penjuru dunia.Di antara putra nya itu adalah Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang
kemudian hijrah ke India dan menjadi Raja di sana. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
memiliki putera yang bernama Sayyid Abdullah,dari Sayyid Abdullah inilah terlahir
Sayyid Ahmad Jalaludin. Sayyid Ahmad Jalaluddin memiliki putera yang bernama
Sayyid Husain Jamaluddin, yang selanjutnya memiliki keturunan penyebar dakwah
Islam di Asia Tenggara terkenal dengan sebutan Walisongo. Majelis
Dakwahnya disebut Majelis Dakwah Walisongo.
Penggagas Walisongo adalah Sultan
Muhammad Fatih I [Kekhalifahan Turki Utsmani] tahun 1404 M/808 H yang
awalnya menugaskan para Ulama mumpuni yang nasabnya sebagian besar dari asal
Hadhramaut Yaman (Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini), namun masing-masing telah
berdakwah ke berbagai penjuru dunia sehingga disebut berasal dari beragam
daerah di berbagai penjuru kawasan Islam.
Beliau lantas menugaskan para Dai'
tersebut untuk berdakwah di Asia Tenggara dalam suatu Majelis Dakwah
Walisongo. Jajaran
Walisongo yang paling dikenal masyarakat, sesuai kawasan lokasi dakwah di pulau
Jawa :
Jawa Timur :
5. Sunan
Drajat
Jawa Tengah :
Jawa Barat :
Namun, nama-nama di atas secara sejarah
tidaklah hidup bersama-sama. Dalam sejarah, Majelis Dakwah Wali Songo secara
berkala keanggotaannya mengalami pergantian.
PERIODESASI MAJELIS DAKWAH WALISONGO
Walisongo Periode Pertama
Pada tahun 808 Hijrah atau 1404
Masehi para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah:
- Maulana
Malik Ibrahim
atau Sunan
Gresik, berasal
dari Turki ahli mengatur negara. Berdakwah
di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M. Makamnya terletak
satu kilometer dari sebelah utara pabrik Semen Gresik.
- Maulana
Ishaq berasal
dari Samarkand dekat Bukhara-uzbekistan/Rusia. Beliau ahli pengobatan. Setelah
tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Samudra Pasai dan wafat di sana.
- Syekh
Jumadil Qubro,
berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling.
Makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
- Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, beliau berdakwah keliling.
Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
- Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat
tahun 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
- Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia Iran. Ahli pengobatan. Wafat 1435 M.
Makamnya di Gunung Santri.
- Maulana
Hasanuddin
berasal dari Palestina Berdakwah keliling. Wafat pada
tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
- Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada
tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
9. Syekh
Subakir, berasal dari
Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat
tukang menyesatkan manusia. Setelah para Jin tadi menyingkir dan lalu tanah
yang telah netral dijadikan pesantren.
Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci)
maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat di sana. Salah
seorang pengikut atau sahabat Syekh Subakir tersebut ada di sebelah utara
Pemandian Blitar, Jawa Timur. Disana ada peninggalan Syekh Subakir berupa
sajadah yang terbuat dari batu kuno.
Walisongo Periode Kedua
Pada
periode yang kedua ini
masuklah tiga orang wali menggantikan tiga wali yang wafat. Ketiganya adalah:
1.
Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M
menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Rahmat atau Sunan Ampel berasal dari Kerajaan Champa, (Veit Nam Selatan).
2.
Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di Jawa tahun 1436
menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di
Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus.
3.
Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, berasal dari Palestina. Datang di
Jawa pada tahun 1436 M. Menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat tahun 1435 M.
Sidang walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel Surabaya.
Para wali kemudian membagi tugas wilayah berjuang. Sunan Ampel,
Maulana Ishaq dan Maulana Jumadil Kubro bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus,
Syekh Subakir dan Maulana Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah.
Syarif Hidayatullah, Maulana
Hasanuddin dan Maulana Aliyuddin di Jawa Barat. Dengan adanya pembagian tugas
ini maka masing-masing wali telah mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri,
mereka bertugas sesuai keahlian masing-masing.
Walisongo Periode Ketiga
Pada tahun 1463 M. Masuklah menjadi anggota Walisongo
yaitu:
dari Syekh Maulana Ishak dengan putri
Dewi Sekardadu
atau Dewi Kasiyan. Raden Paku ini menggantikan
kedudukan ayahnya yang telah pindah ke negeri Pasai.
Karena Raden Paku tinggal di Giri maka
beliau lebih
terkenal dengan sebutan Sunan Giri. Makamnya
terletak
di Gresik Jawa Timur.
2. Raden
Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau
adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga
menggantikan Syekh
Subakir yang kembali
ke Persia.
3.
Raden Makdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, lahir di Ampel Surabaya. Beliau
adalah putra Sunan Ampel, Sunan Bonang menggantikan kedudukan Maulana
Hasanuddin yang wafat
pada tahun 1462. Sidang Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel
Surabaya.
Walisongo Periode Keempat
Pada tahun 1466 diangkat dua wali
menggantikan dua yang telah wafat yaitu Syaih Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Syaih
Maulana Muhammad Maghrobi. Dua
orang wali yang menggantikannya ialah:
Raden
Patah adalah murid Sunan Ampel, beliau adalah putra Raja
Brawijaya Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M.
Kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja
atau Sultan Demak pada tahun 1468.
Setelah itu Fathullah Khan, putra
Sunan Gunung Jati,
beliau dipilih sebagai anggota Walisongo menggantikan ayahnya yang telah
berusia lanjut.
Walisongo Periode Kelima
Dapat disimpulkan bahwa dalam
periode ini masuk Sunan Muria atau Raden Umar Said. Putra dari Sunan Kalijaga menggantikan wali yang wafat.
Konon Syekh
Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang itu
adalah salah satu anggota Walisongo, namun karena Siti Jenar di kemudian hari
mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat
agama maka Siti Jenar dihukum mati.
Selanjutnya
kedudukan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat – bekas Adipati Semarang (Ki
Pandanarang) yang telah menjadi murid Sunan Kalijaga.Walisongo atau Walisanga
dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah
Jawa pada abad ke
- 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau jawa, yaitu Surabaya
– Gresik -Lamongan Jawa
Timur, Demak, Kudus, Muria diJawa
Tengah,
dan Cirebon di Jawa Barat.
Sayyidul Istighfar
أللّهُمَّ
أَنْتَ رَبِّى لَااِلهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِى وَاَنَا عَبْدُكَ وَاَنَا عَلَى
عَهْدِكَ وَوَعْدُكَ مَااسْتَطَعْتُمْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ
اَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَاَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِى فَإِنَّهُ
لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلَّا اَنْتَ
Sholawat Futuh
أَللّهُمَّ
صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى الِهِ بِعَدَدِ
اَنْوَاعِ الرِزْقِى وَالْفُتُوْحَاتِ يَابَاسِطَ الَّذِى يَبْسُطُالرِّزْقَ
لِمَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَاب اُبْسُطْ عَلَيْنَا رِزْقًا وَاسِعًا مِنْ جِهَّةِ
مِنْ خَزَيْنِ فَيْبِكَ بِغَيْرِ مِنَّةٍ مَخْلُوْقٍ مَخْفَضٍ فَضْلِكَ
وَكَرَامِكَ بِغَيْرِ حِسَاب
Sholawat Thibbil Qulub
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا
. وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا . وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا .
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Allahuma
shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin thibbil quluubi wadawaa-iha wa‘aafiyatil
abdaani wasyifaa-ihaa wanuuril ab-shaari wadhiyaa-ihaa wa’alaa aalihii
washohbihii wasaliim.
Artinya:
”Ya Allah, limpahkanlah rahmat yang disertai ta’dzim kepada Nabi Muhammad
sebagai penyembuh semua hati dan menjadi obatnya, keafiatan badan dan
kesembuhannya, cahaya segala penglihatan dan menjadi sinarnya. Dan semoga terlimpahkan pula shalawat dan salam
kepada keluarga dan sahabat beliau.”
Doa Mohon Keselamatan
اَللَّهُمَّ انْصُرْ فَإِنَّكَ
خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْر اْلفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ
لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ.
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَهَبْ لَنَا رِيْحًا
طَيِّبًا كَمَا هِىَ فِى عِلْمِكَ وَنْشُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَائِنِ
رَحْمَتِكَ وَاحْمِلْنَا بِهَاحَمْلَ الْكَرَامَةِ مَعَ السَّلَامَةِ وَالْعَافِيَّةِ
فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ اِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ
يَسِّرْلَنَا اُمُوْرَنَا مَعَ
الرَّاحَةِ لِقُلُوْبِنَا وَاَبْدَانِنَا وَالسَّلاَمَةِ فِى الدِّيْنِنَا
وَالدُّنْيَانَا وَكُنْ
لَنَا صَاحِبًا فِى سَفَرِنَا وَحَضَرِنَا وَخَلِيْفَةً فِى اَهْلِنَا
يَامُحَوِّلُ اْلحَوْلِ وَاْلأَحْوَالِ حَوِّلْ حَالَنَا اِلَى اَحْسَنِ اْلحَالِ
Bacaan Sujud Syukur
سَجَدَ
وَجْهِيَ لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ
وَقُوَّتِهِ فَتَبَرَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ
للهِ وَلَا إلهَ إلَا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ. أللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مًحَمَّد وَسَلَّمْ. رَبِّ إِنِي ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْلِى ذُنُوْبِي فَإِنَّهُ
لَايَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ
Do’a Khusnul Khotimah
أللّهُمَّ
اخْتِمْ لَنَا بِالْخَيْرِ أللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخِاتِمَةِ
أللّهُمَّ ثَبِتْنَا بِالْإِيْمَاِن وَثَبِتْنَا بِلْإِحْسَانِ وَثَبِتْنَا
بِلْإِسْلَامِ فِيْ الدَّارِ الدُّنْيَا وَالْأخِرَةِ
Catatan:
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................